FAKTOR RESIKO RETINOPATI DIABETIKA : A CASE – CONTROL
Abstract
Retinopati Diabetika adalah komplikasi okular umum Diabetes Mellitus dan dianggap sebagai salah satu penyebab utama kehilangan penglihatan. Tujuan penelitian menentukan faktor –faktor resiko pengembangan DR di RSMM Jawa Timur Surabaya. Metode yang digunakan studi kasus-kontrol pengumpulan data dilakukan ada atau tidaknya DR ditentukan oleh dokter mata. Hasil menunjukkan DR NPDR pasien perempuan dominan (60%), pada PDR pasien laki-laki dominan (60%). DR NPDR pasien dengan tidak mempunyai hipertensi dominan (53,3%), pada PDR pasien dengan hipertensi dominan (73,3%). DR NPDR pasien dengan dislipidemia dominan (60%), pada PDR pasien dengan dislipidemia dominan (63,3%). Umur terendah pasien DR NPDR ditemukan adalah 39 tahun, dan tertinggi 82 tahun. Pada PDR umur terendah adalah 40 tahun dan umur tertinggi adalah 63 tahun. Gula darah terendah pada pasien NPDR adalah 94 mg/dl, dan tertinggi 571 mg/dl. Pada PDR gula darah terendah adalah 108 mg/dl, dan tertinggi 453 mg/dl. Lama menderita DM terendah pada NPDR adalah 1 tahun, dan terlama 50 tahun. Pada PDR terendah 1 tahun dan terlama 20 tahun. Dengan demikian pasien diabetes perempuan, dengan dislipidemia, umur > 30 s.d < 85 tahun, dengan lama menderita 1 s.d ≤ 50 tahun mempunyai resiko NPDR. Sedangkan pasien diabetes laki-laki, hipertensi dan dislipidemia, umur ≥ 40 s.d <65 tahun, dengan lama menderita 1 s.d ≤ 20 tahun mempunyai resiko PDR.
Kata Kunci: Retinopati Diabetes, faktor resiko, NPDR, PDR
Full Text:
PDFReferences
Darmono. (2007). Diabetes Mellitus Ditinjau Dari Berbagai Aspek Penyakit Dalam. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Karyadi, E. (2006). Kiat Mengatasi Penyakit Diabetes, Hiperkolesterolemia, Stroke. Jakarta: PT. Intisari Mediatama
Munazir, Samreen. (2017). Awareness of retinal screening in patients with Type 2 diabetes mellitus: Are we meeting standards of care?. Asian Journal of Medical Sciences ; volume 8: 2467-9100
Yunia Annisa, M. Fadhol. (2017). perbandingan resiko terjadinya retiopati diabetik antara pasien hipertensi dan non hipertensi yang mengidap diabetes mellitus. Medisains. 2017; Vol 15 No 1
Eksys, G.,Harry, J.,Laya, R. (2015).Usia Harapan Hidup Dengan Retinopati Diabetik. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015
Sanjeev, Panwar, (2014). Glycaemic status is an important risk factor for the occurrence of diabetic retinopathy in newly diagnosed type 2 diabetic patient. Asian Journal of Medical Sciences, 2017; volume 6 : 3126-11745
Yellien R Manullang , Laya Rares. (2014). prevalensi retinopati diabetika pada pasien diabetes melitus tipe 2 . Portal Garuda Dikti.
Ni Made Sintia Anggia Sari, Made Ratna Saraswati. (2011). prevalensi retinopati diabetika pada pasien diabetes melitus tipe 2 . Portal Garuda Dikti.
Raman, R., Kumari, P.R., Reddi, S.R., Gnanamoorthy, P., Uthra, S., Kumaramanickavel, G., Sharma, T. (2009). Prevalence Of Diabetic Retinopathy In India. Elsevier. American Academy of Ophtalmology
Shah, C. A .(2008). Diabetic Retinophaty : A Comprehensive Review.http://www.indianjmedsci.org/ di unggah pada tanggal 25Agustus 2018.
Wong Jencia, Molyneaux L.(2008). Timing is Everthing: Age of Onset Influence Long Term Retinopathy Risk in Type 2 Diabetes, Independent of Tradisional Risk Faktors. Diabetes Care. Volume 31:1985-1990.
Liu S, Tinker L, Song Y, Rifai N, Bonds DE, Cook NR, et al. (2007). A prospective study of inflammatory cytokines and diabetes mellitus in multiethnic cohort of postmenopausal women. Arch Intern Med. 2007;167(15):1676.
Boelter MC, Canani LH, Lisboa HR, Lavinzky J, Azevedo MJ. (2006). Proliferative diabetic retinopathy is associated with microalbuminuria in patient with type 2 diabetes. Braz J Med Biol Res. 39:1035.
Williams R, Airey M, Baxter H, Forrester J, Kennedy-Martin T, Girach A. (2004). Epidemiology of diabetic retinopathy and macular oedema: a systematic review. Eye :18:963-83.
Eid, M., Mafauzy, M. and Faridah, A.R. (2003). Glycaemic Control of Type 2 Diabetic Patients on Follow Up at Hospital Universiti Sains Malaysia. Malaysian Journal of Medical Science. 10(2): 40-49..
PERKENI. Konsensus dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.2006
Pandelaki, K. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. pp : 1911-1915.
Suyono,dkk. Diabetes Melitus di Indonesia, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.(2006). Edisi keempat jilid III. Balai Penerbit FK UI,Jakarta.
Massimo, P., Curletto, G., Cipullo, D., Rigault, R.L., Trento, M., Passera, P., Viola, A.T., Miceli, S., Cenci, A., Dalmasso, P., Cavallo, F.( 2014). Estimating the Delay Between Onset and Diagnosis of Type 2 Diabetes From the Time Course of Retinopathy Prevalence. Diabetes Care. 37:1668–1674.
Ilyas Sidarta. (2008). Mata Tenang Penglihatan Menurun, dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke tiga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 2008; h. 142-143.
Grady D. (2006) Management of menopausal symptoms. N Engl J Med. 2006:355:2338.
Mulyati, Ramzi, Santoso. (2015). Kemajuan Visus Penderita Retinopati Diabetik yang Diterapi dengan Laser Fotokoagulasi dan atau Injeksi Intravitreal di Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang. Majalah Kedokteran Sriwijaya. volume 47, No. 2.
Votey Scott, Peters Anne. (2010). Diabetes Mellitus Type 2. Emedicine Specialties.
Boelter MC, Canani LH, Lisboa HR, Lavinzky J, Azevedo MJ. (2006). Proliferative diabetic retinopathy is associated with microalbuminuria in patient with type 2 diabetes. Braz J Med Biol Res. 39:1035.
Wild Sarah, Roglic Gojka. (2004). Global Prevalence of Diabetes. Diabetes Care.(2004); volume 27: 1047-1053.
Hoogwerf B.J. (2005). Complication of Diab etes Mellitus. http://www.ijddc. com/text.asp?2005/25/3/63/22774 (2 September 2018)
Reaven G. (2003) Age and glucose tolerance. 2003;26:1-2
DOI: https://doi.org/10.32528/ijhs.v10i2.1851
Refbacks
- There are currently no refbacks.
View My Stats