Resiliensi: Model Survival Konstruktif Melalui Regulasi Emosi Pada WBP
Abstract
Indonesia, memiliki sistem penjara berbasis kearifan lokal yang membedakannya dengan penjara lain di seluruh dunia dalam memperlakukan narapidana yaitu dengan sistem pemasyarakatan. Tujuan pembinaanya mengedepankan upaya memperbaiki diri, integrasi kembali ke dalam masyarakat, serta dapat aktif berpartisipasi dalam pembangunan dan hidup secara wajar sebagai anggota komunitas yang baik dan bertanggung jawab. Penelitian kualitatif menunjukkan bahwa kondisi penuh tekanan selama berada di LAPAS, tidak jarang menimbulkan respon emosi yang kontraproduktif terhadap kesehatan mental WBP. Akibatnya, perilaku yang muncul tidak sesuai dengan tujuan dan harapan dari pendekatan pemasyarakatan. Meski demikian, terdapat sebagian WBP yang menunjukkan kemampuan untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatan mental dalam menghadapi stres (resiliensi). Data wawancara menyajikan fakta bahwa resiliensi muncul melalui regulasi emosi yang berhubungan dengan penilaian terhadap fitur-fitur fungsional dari LAPAS. Bentuknya antara lain yaitu reintepretasi situasi yang menekan, mengembangkan rasa humor, optimisme, makna hidup, aktif dalam merespon situasi, pemanfaatan optimal dukungan sosial, dan mengembangkan perilaku prososial.
Keywords
resiliensi; regulasi emosi; kesehatan mental WBP; pemasyarakatan
Full Text:
PDFCopyright (c) 2020 PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN CALL FOR PAPER : COMMUNITY PSYCHOLOGY SEBUAH KONSTRIBUSI PSIKOLOGI MENUJU MASYARAKAT BERD
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.